TERSIKSA TAPI TERASA BEGITU NIKMAT


Pak Hans segera menghentikan aksinya sejenak, sehingga Clara langsung ambruk kelelahan di pagar balkon villanya.

 

Ahh…” Clara terengah-engah kelelahan sambil berusaha menghirup udara segar untuk mengistirahatkan sendi tubuhnya.

 

Seorang laki-laki paruh baya lalu keluar ke teras villa itu sambil membawa koran sore hari; ia segera duduk di sofa teras villanya, memasang earphone di telinganya untuk mendengarkan musik sambil membaca koran itu. Mungkin karena ia sangat berkonsentrasi membaca koran itu, ia tidak menyadari kalau Clara sedang dipermainkan oleh Pak Hans tepat di sebelahnya.

 

Padahal apabila ia menoleh ke kiri, sudah tentu ia bisa melihat dengan jelas pemandangan Clara yang sedang menungging kelelahan dengan tangan-tangan Pak Hans yang masih melekat di vagina Clara. Pak Hans kembali mendapatkan ide licik. Mendadak tangannya kembali bergerak mengocok vagina Clara tanpa aba-aba.

 

Hymphh! Clara yang hendak menjerit segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya sehingga suara jeritannya teredam.

 

Walaupun mabuk berat, setidaknya Clara masih bisa mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menjerit-jerit dihadapan Pak Halim, tetangga Pak Hans itu. Sarung tangan satin Clara tampak cukup efektif untuk meredam suaranya. Pak Hans terkekeh-kekeh berusaha menahan tawa saat melihat Clara menutup mulutnya.

 

Lho? Kenapa kamu tutup mulut? Ayo dong, nyanyi lagi seperti barusan! Supaya didengar Pak Halim! ejek Pak Hans lewat bisikan di telinga Clara sambil mempercepat gerakan jarinya sehingga Clara makin kewalahan menahan suaranya.

 

Hhrmphh… mmmphh!! Mph!!” Suara-suara tertahan kian bergema didalam mulut Clara. Walaupun tangannya kian erat menutupi mulutnya, namun Clara tidak mampu untuk menahan suaranya lebih lama lagi, apalagi saat merasakan orgasmenya kian mendekat.

 

Suara-suara jeritan Clara sesekali terdengar saat ada celah di jari-jari Clara. Namun suara itu juga tidak begitu jelas terdengar. Andaikata Pak Halim tidak ada disitu, Clara sudah pasti menjerit-jerit dengan keras karena kenikmatan di vaginanya itu.

 

Pak Hans terus berusaha untuk membuat Clara takluk dan menjerit untuk mempermalukan Clara, namun tetap saja Clara bersikeras untuk menutup mulutnya. Anehnya, suasana tegang karena takut ketahuan justru memberikan dorongan seksual tersendiri bagi Clara.

 

HMPP…PPF!! MMM!!! Dengan diiringi lenguhan tertahan yang keras, mata Clara membelalak, seluruh otot tubuhnya menegang dan punggungnya melengkung ke atas. Pak Hans terkejut saat jarinya tiba-tiba terasa terjepit oleh dinding-dinding vagina Clara sebelum dibasahi oleh hangatnya cairan cinta Clara yang mengucur dengan deras dari vagina Clara.

 

Rupanya Clara berhasil mencapai orgasmenya sekali lagi. Clara menyandarkan kepalanya ke pagar balkon villa itu untuk beristirahat. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan.

 

Wah, hebat juga orgasmenya! Ayo, kita lanjut ke ronde dua! Dengan penuh semangat, Pak Hans melucuti seluruh celananya sehingga penisnya yang besar langsung mengacung tegak dihadapan vagina Clara yang masih tertungging lemas di pagar balkon.

 

Diolesinya penisnya dengan cairan cinta Clara yang masih tersisa di telapak tangannya sambil sesekali mengurut penisnya, Pak Hans sesekali juga mencolek-colek vagina Clara untuk mengambil cairan cinta Clara untuk kemudian dipergunakannya cairan itu sebagai pelumas penisnya. Setelah beberapa lama, penis Pak Hans pun kembali berkilauan akibat olesan dari cairan cinta Clara. Pak Hans segera merangkul pinggang Clara sambil memposisikan kepala penisnya dibibir vagina Clara.

 

Ookh… Oohh! tanpa sadar Clara lupa untuk menutup mulutnya dengan tangan sehingga terdengarlah suara lenguhannya saat penis besar Pak Hans memasuki vaginanya.

 

Pak Hans terdiam sejenak karena sadar bahwa suara itu bisa saja terdengar oleh Pak Halim. Namun anehnya, Pak Halim masih sibuk membaca korannya dengan wajahnya yang tertutup lembar-lembar koran itu. Sepertinya earphone di telinganya disetel dengan volume yang tinggi sehingga ia sulit mendengar suara disekitarnya.

 

Belum puas mengerjai Clara, Pak Hans menarik pinggang Clara kearah kanan plafon itu sehingga kini posisi Clara menungging tepat didepan balkon Pak Halim. Seolah hendak memamerkan caranya menggagahi pengantinnya itu kepada Pak Halim.

 

Eeghmmm… desah Clara sambil sedikit menutup mulutnya kembali saat Pak Hans memajukan pantatnya perlahan sehingga penisnya semakin terbenam di dalam lubang pipis Clara.

 

Clara tidak merasa begitu sakit lagi karena lubang vaginanya terbuka lebih lebar sedikit akibat dionani dengan dua jari Pak Hans sebelumnya. Malah Clara merasa nikmat sekali dengan sensasi gesekan antara dinding vaginanya dengan penis besar milik Pak Hans. Rasa sesak akibat diameter penis Pak Hans yang memenuhi rongga vagina Clara juga memberi sensasi tersendiri yang merangsang syaraf-syaraf vagina Clara.

 

Hmmm… Clara mendesah pelan dengan mulut tertutup saat Pak Hans perlahan-lahan menarik keluar penisnya dari vagina Clara hingga hanya tersisa pangkal penisnya yang masih terbenam dalam vagina Clara. Rasa gesekan di klitoris Clara yang tergesek saat penis itu ditarik mundur memberi sensasi rasa geli yang menggelitik tiap syaraf di vagina Clara.

 

MMMPH! Clara menjerit saat tiba- tiba Pak Hans menghentakkan pinggangnya maju kedepan sehingga penisnya langsung tertancap membenam hingga kedasar liang vagina Clara.

 

Pak Hans lalu mencengkeram pinggang Clara dan menggoyangkannya pelan-pelan sehingga penisnya mengaduk-aduk kemaluan Clara. Pak Hans juga kembali memijat pinggang Clara seperti sebelumnya sehingga Clara semakin kewalahan akibat tambahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya.

 

Mmm… mmm… mmm… Clara hanya menggoyang-goyangkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya itu sementara kedua tangannya masih sibuk menutupi mulutnya dengan erat. Pak Hans membiarkan Clara terbiasa dengan sensasi akibat goyangan pinggangnya selama beberapa menit sebelum ia tiba-tiba melepaskan pinggang Clara.

 

Hmm? Clara terkejut sesaat. Clara segera menoleh kebelakang melihat Pak Hans dengan raut wajah kecewa karena kenikmatannya terhenti.

 

Ayo, giliran kamu yang goyang! perintah Pak Hans.

 

Tanpa ragu lagi, Clara segera menggoyangkan pantatnya untuk mempermainkan penis Pak Hans dengan vaginanya. Pantat Clara bergoyang naik-turun menarik keluar sebagian penis Pak Hans sebelum Clara menghentakkan pantatnya mundur tiba-tiba sehingga penis Pak Hans langsung terbenam dengan cepat ke dalam vaginanya.

 

Huaah… aagh… egh… Pak Hans mendesah penuh kenikmatan saat merasakan rasa hangat dan lembut dalam vagina Clara yang terus memainkan penisnya dengan goyangan-goyangan erotis pantatnya.

 

Pak Hans terus meresapi kenikmatan dalam rongga vagina pengantin cantiknya itu. Betapa bangganya Pak Hans saat mengingat kesuksesannya untuk mendapatkan layanan khusus dari liang vagina Clara yang begitu banyak diincar oleh para lelaki di kantor mereka. Lama kelamaan, Pak Hans merasa bosan dengan goyangan Clara walaupun penisnya terasa cukup nikmat.

 

Pak Hans sudah cukup bersabar dengan goyangan Clara dari tadi untuk menarik perhatian Pak Halim yang dari tadi masih saja menempelkan matanya di koran. Harapannya untuk mempermalukan Clara dengan cara mempertontonkan adegan dimana Clara yang masih berbusana pengantin sedang memompa penisnya maju mundur kepada Pak Halim mulai sirna.

 

Sialan si Halim itu! Padahal ada pemandangan bagus begini, malah koran yang dilihatnya! Dasar kutu buku tolol! Buta apa?! umpat Pak Hans dalam hati.

 

Pak Hans yang sudah tidak sabar lagi segera mencengkeram pinggang Clara dan menghentakkan pinggangnya dengan keras kedalam vagina Clara.

 

AAH! Clara menjerit keras.

 

Karena dilakukan secara mendadak, Clara yang terkejut tanpa sadar melepaskan tangannya sehingga suara jeritannya meledak. Pak Hans yang kesal terus menghentak-hentakkan penisnya didalam vagina Clara. Clara tahu tangannya kini tidak akan cukup lagi untuk mehanan suaranya, sehingga Clara tidak punya pilihan lain selain menyumpal mulutnya dengan kain slayer yang tersibak kewajahnya dan menggigit kain itu sekeras mungkin untuk menahan jeritan histerisnya yang siap untuk meledak kapan saja. Selama 5 menit, Pak Hans memompa penisnya keluar masuk dari vagina Clara. Suara yang keluar dari mulut Clara sudah tidak jelas sama sekali apakah itu suara desahan, jeritan atau erangan. Clara benar-benar merasa tersiksa karena jeritannya tertahan dan rasa sakit di tenggorokannya akibat suaranya diredam paksa.

 

Hrggh… Eerghh… Pak Hans tidak bisa lagi berlama-lama menahan dirinya. Dengan diiringi sebuah hentakan keras ke dalam vagina Clara, Pak Hans pun menggeram keras dan menyemburlah sperma Pak Hans kedalam vagina Clara.

 

Hmm… phh?? Clara terkejut sejenak saat merasakan sperma Pak Hans menyemprot hingga ke dasar vaginanya. Pak Hans membiarkan penisnya tertancap kedalam vagina Clara sejenak untuk mengeluarkan seluruh spermanya itu.

 

Saat penis itu tercabut dari vagina Clara, tampak lelehan putih sperma Pak Hans ikut keluar dari celah-celah vagina Clara yang masih menungging itu. Pak Hans tersenyum puas dan dibelainya tubuh Clara. Namun tiba-tiba ia merasakan tubuh Clara bergetar pelan seperti menggigil ssat membelai Clara. Pak Hans dengan perasaan cemas segera melihat keadaan Clara.

 

Betapa terkejutnya Pak Hans saat melihat wajah Clara yang sudah berlinangan air mata sedang menangis sesunggukan dengan slayer yang masih tersumpal didalam mulutnya. Entah bagaimana, hati Pak Hans terasa sakit dan kasihan melihat Clara yang tampak tersiksa itu.

 

Bagaimanapun juga ia menikahi Clara atas dasar rasa cintanya pada wanita itu sejak dulu dan mungkin perbuatannya untuk balas dendam dengan mempermalukan Clara sudah kelewatan sehingga malah menyakiti wanita yang dicintainya itu.

 

Pak Hans segera mengusap airmata dari wajah Clara dan merangkulnya dari belakang. Dilepasnya slayer yang masih digigit oleh Clara dengan pelan. Pak Hans bisa merasakan getaran tubuh Clara dan juga peluh yang membasahi sekujur tubuh wanita malang itu.

 

Sha, maaf ya… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pak Hans dengan penuh kekhawatiran.

 

Clara yang masih sesunggukan hanya mengangguk pelan. Tanpa menghiraukan Pak Halim lagi, Pak Hans segera membimbing Clara masuk ke dalam kamar mereka. Slayer, tiara dan kontak lens Clara dilepas, Pak Hans lalu membaringkan Clara di ranjang mereka tepat disamping Elisa dan melepas sepatu Clara.

 

Kamu capek kan? Ayo tidur dulu ya. Pak Hans segera menyelimuti tubuh Clara dengan selimut dan membaringkan tubuhnya disamping Clara. Sejenak Pak Hans merenungi kejadian hari itu dan apa yang telah dilakukannya dengan Clara. Ekspresi puas tampak menghiasi wajahnya, walaupun ia juga agak menyesali perlakuannya pada Clara barusan. Perlakuannya memang kelewatan.

 

Bagaimanapun juga Clara pasti punya harga dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Pak Hans lalu memutuskan untuk kembali minta maaf.

 

Eh, Sha…” Saat Pak Hans menoleh ke wajah Clara untuk meminta maaf sekali lagi,

 

Rupanya Clara sudah tertidur lelap kelelahan. Wajah tidurnya tampak menawan bagaikan wajah malaikat, apalagi dengan gaun putihnya dan riasan pengantin di wajahnya yang semakin memperkuat kesan “angelic” dari tubuhnya. Pak Hans hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya ikut tertidur sambil memeluk tubuh lembut Clara.

 

Esok paginya, Pak Hans mendadak terbangun saat merasakan sensasi rasa hangat dan sesuatu yang lembut sedang mempermainkan penisnya. Rasanya penisnya seperti dikocok-kocok maju-mundur oleh sesuatu. Sesekali pula pangkal penisnya terasa basah dan geli saat digesek oleh sesuatu yang basah.

 

Pak Hans membuka matanya sejenak. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Clara sedang menungging dihadapan selangkangannya sambil mempermainkan penisnya. Jari-jari tangan Clara yang masih dibalut sarung tangan satinnya mengocok penis Pak Hans dengan lembut sambil sesekali menjilati dan menyentil-nyentil pangkal penis Pak Hans dengan lidahnya.

 

Sa… Clara?” tanya Pak Hans tidak percaya.

 

Ooh, Sayaang… Akhirnya bangun juga… Aku sudah menunggu dari tadi, lhoo…” racau Clara saat melihat Pak Hans terbangun.

 

Apa-apaan kamu?! bentak Pak Hans, namun Clara tidak menggubris Pak Hans sama sekali. Ia masih saja sibuk memainkan penis Pak Hans dengan tangan dan mulutnya. Mata Clara tampak sayu dan nafasnya masih saja memburu. Pak Hans akhirnya tahu kalau Clara masih belum sadar dari mabuknya dan sudah tentu pengaruh dari obat perangsang itu. Namun Pak Hans heran, bagaimana mungkin Clara bisa kembali bergairah seperti itu setelah sekian lama meminum wine itu. Normalnya, efek wine itu tentunya sudah hilang dari tadi.

 

Mmm… enaakh… lebih enak dari Aldy… Besaar…” seloroh Clara sambil mengelus-elus penis Pak Hans dan menjilatnya dengan pelan.

 

Hooh… Hwooh…” Pak Hans mendesah nikmat saat tiba-tiba bibir Clara menghisap-hisap penisnya.

 






Mmm… hmm…” terdengar gumaman Clara yang masih menghisap penis Pak Hans. Lidah Clara ikut membelai-belai pangkal penis Pak Hans sehingga Pak Hans merasa lubang kencingnya seolah ditusuk-tusuk oleh jarum.

 

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Tante Kesepian Enak Dientot

Aah… enaak… Eh? Hentikan Clara! tiba-tiba Pak Hans tersadar dari buaian kenikmatannya itu. digesernya kepala Clara sehingga kuluman Clara terlepas dari penisnya.

 

Apaa siih?” gerutu Clara kesal.

 

Siapa yang suruh kamu oral seks sekarang?! Ini masih pagi tahu!”

 

Soalnya kamu curaang! Aku masih belum memberimu hadiah pernikahan kaan?!!” jawab Clara dengan wajah merengut.

 

Hadiah apa?!” tanya Pak Hans heran.

 

Clara tidak menghiraukan pertanyaan Pak Hans. Ia segera melompat dan menangkap penis Pak Hans dengan kedua belah tangannya.

Naah, ketangkap deeh! Dasar nakaal!” ujar Clara seperti anak kecil.

 

Clara segera mengulum penis Pak Hans kembali. Suara jilatan dan hisapan Clara kembali bergema di kamar itu. Kini giliran Pak Hans yang kewalahan menghadapi Clara. Rasa nikmat yang menjalari penisnya semakin menjadi. Liur Clara sudah menetes-netes dipinggir bibirnya, namun Clara masih saja bersemangat dalam menghisap penis Pak Hans.

 

Claraa! Sudaah! Hadiah apa yang kamu mau?! kembali Pak Hans bertanya dengan kewalahan. Clara pun akhirnya menghentikan kulumannya itu dan menatap wajah Pak Hans dengan sayu.

 

Aku… mau memberimu keperawananku…” jawab Clara pelan.

 

Keperawanan? Bukannya kamu sudah tidak perawan dari tadi? tanya Pak Hans bingung dengan dahi yang mengrenyit. Bukannya Clara sudah tidak perawan sejak sebelum ia dinikahi tadi? Bukankah Aldy yang sudah memetik keperawanan Clara sebelumnya? Pikir Pak Hans.

 

Aah! Mas Hans bodoh deeh!! Clara kembali merengut. Kini Clara membalikkan tubuhnya, mengangkat rok gaunnya dan menungging dihadapan Pak Hans sambil menguakkan bongkahan pantatnya sendiri sehingga lubang pantat Clara tampak merekah dihadapan wajah Pak Hans. Pantat Clara tampak mengkilat ditimpa cahaya mentari pagi yang menerobos kedalam kamar mereka.

 

Ini… pantatku masih perawan kook!” ujar Clara manja.

 

Ayo doong! Ini hadiah dariku lhoo! Aku memang berencana untuk memberi keperawanan pantatku untuk Mas Hans dari kemarin! goda Clara seperti pelacur sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang montok itu, sehingga Pak Hans kini kembali menelan ludah. Siapa yang bisa menolak godaan seorang pengantin wanita secantik Clara? Apalagi tawaran sukarela untuk mencicipi lubang pantat Clara tidak datang setiap hari.

 

Pemandangan yang disajikan Clara dihadapan Pak Hans segera membangkitkan kembali gairah seksual Pak Hans. Pak Hans segera beranjak bangun dari ranjangnya.

 

Yaah… kok pergi siih?!” ujar Clara yang masih menungging dengan nada kecewa.

 

Sebentar sayang, aku mau minum dulu. Jawab Pak Hans sambil mencari-cari wine yang tadi ditaruhnya diatas meja balkon itu supaya gairah seksualnya ikut bangkit untuk mengimbangi Clara.

 

Pak Hans amat terkejut melihat wine yang tadinya masih penuh sekitar ¾ bagian, sekarang jumlahnya kurang dari setengah botol. Pak Hans melirik Clara sejenak, dilihatnya wajah Clara yang tampak dilanda nafsunya itu. Bahkan kini jari-jari lentik Clara mulai mempermainkan liang vaginanya sendiri sambil mendesah-desah erotis.

 

Eh Sha, kamu tadi minum wineku ya?” tanya Pak Hans curiga.

 

Iyaah… memangnya kenapaa? Soalnya nggak ada air putihh… Winenya enakk… hhh… tadi kuminum 10 gelas… mmh… soalnya gelasnya kecil… siih…” desah Clara.

 

Pantas saja! gerutu Pak Hans dalam hati. Akhirnya Pak Hans tahu penyebab mengapa Clara bisa semabuk dan bergairah seperti itu. Wajar saja, semalam mereka mereguk sekitar 7 gelas kecil wine itu dan masih tersisa lebih dari setengahnya. Dengan dosis 5 gelas saja sudah cukup untuk membuat Clara tergila-gila semalam. Apalagi dengan dosis berganda, wajarlah apabila akibatnya bisa sedahsyat itu untuk wanita yang gampang mabuk seperti Clara.

 

Pak Hans hanya menggerutu sejenak sebelum meminum beberapa gelas kecil wine itu. Setelah merasa tubuhnya mulai bergairah, Pak Hans segera menghampiri Clara yang masih sibuk beronani sambil menungging diatas ranjang. Segera Pak Hans memposisikan wajahnya ditunggingan Clara. Dibenamkannya wajahnya di selangkangan Clara sambil menjulurkan lidahnya ke vagina Clara perlahan.

 

Hya?! Clara kembali menjerit kecil saat lidah Pak Hans menusuk vaginanya.

 

Pak Hans segera mencengkeram pinggang Clara dan membenamkan wajahnya di selangkangan Clara. Dihirupnya aroma khas yang terpancar dari vagina Clara sambil menyeruput cairan cinta Clara yang menetes deras ikut membasahi sprei ranjang mereka. Hembusan nafas Pak Hans membuat bulu kuduk Clara berdiri dan desahannya semakin keras saat klitorisnya kembali dipermainkan Pak Hans yang kali ini menyentil klitoris Clara dengan lidahnya.

 

Aah… aaw!!” Desah Clara menggema diruangan itu.

 

Tubuh Clara sudah sepenuhnya tidak terkontrol lagi karena takluk oleh nafsu birahinya. Pak Hans pun semakin bersemangat mencicipi vagina Clara.

 

Mommy? tiba-tiba terdengar suara anak perempuan dari belakang tubuh Clara dan Pak Hans.

 

A… Elisa? Clara terkejut sejenak saat mendengar suara itu. Pak Hans menoleh dan melihat Elisa yang terbangun sudah terduduk dibelakangnya. Elisa tampak kebingungan melihat posisi ibunya yang menungging dan wajah Pak Hans yang terbenam di selangkangan ibunya itu. Elisa lalu berjalan mendekati Clara, dilihatnya wajah merah padam Clara yang sayu dan tampak kelelahan. Tentu saja balita seperti Elisa tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dilakukan oleh Clara dan Pak Hans.

 

Pak Hans menghentikan aksinya karena ia tidak mau lagi mengerjai Clara dengan berlebihan. Bahkan Pak Hans segera menurunkan kembali rok gaun Clara untuk menutupi selangkangan Clara.

 

Aah! Kok berhenti siih!” gerutu Clara.

 

Sebentar Sha, Elisa kan sudah bangun. Kita lanjutkan nanti saja!”

 

Nggak mauu! Aku maunya sekarang!” tolak Clara seperti anak kecil.

 

Tapi Sha, Elisa kan…”

 

Biarin ajaa… Kalau nggak, nanti aku nggak akan mau main dengan Mas Hans lagi! ancam Clara. Mungkin karena mabuk berat dan pengaruh rangsangan di tubuhnya, Clara tidak peduli lagi dengan kehadiran Elisa. Ia juga sama sekali tidak cemas kalau Elisa menonton adegan persetubuhannya nanti. Pak Hans merasa tidak perlu lagi menahan diri karena Clara sendiri sudah sama sekali tidak peduli dengan harga dirinya. Tanpa menunggu lama, Pak Hans segera menyibakkan kembali rok gaun Clara dan mencubit klitoris Clara.

 

AW! Clara menjerit di hadapan Elisa, sehingga Elisa tampak semakin kebingungan.

 

Mom…my?” tanya Elisa bingung dengan polosnya. Ia mengira Clara kesakitan karena Clara menjerit keras.

 

Pak Hans kembali beraksi, kini dijilatinya klitoris Clara sambil kembali memasukkan jarinya kedalam vagina Clara dan mulai mengocok liang vagina Clara kembali.

 

Ahh… oohh… Haaah…” kini wajah Clara tampak memancarkan kelegaan dan kenikmatan di hadapan Elisa.

 

Pak Hans terus bergantian antara mencubit klitoris Clara ataupun menyentil-nyentil klitoris Clara sehingga mimik wajah Clara ikut berganti-ganti antara menikmati atau kesakitan dihadapan Elisa. Raut wajah Elisa semakin bingung melihat mimik muka ibunya itu. Mata Clara yang merem melek ditambah dengan bibirnya yang meneteskan air liurnya dan lidahnya yang terus menyapu keluar akibat deraan gelombang kenikmatan yang menguasai tubuhnya kini terpampang jelas dihadapan putrinya sendiri yang tampak kebingungan karena belum pernah melihat raut wajah ibunya seperti itu.

 

Normalnya, Clara pasti akan segera menghentikan tontonan yang amat tidak pantas untuk dilihat bagi balita yang polos seperti Elisa. Namun akibat rangsangan obat yang diminumnya dengan wine itu, sekarang otak Clara hanya terfokus untuk menggapai kenikmatan seksualnya sendiri tanpa menghiraukan pandangan Elisa sama sekali. Sensasi kenikmatan di vaginanya benar-benar merasuki tubuh Clara yang sekarang juga amat sensitif akibat pengaruh obat perangsang itu. Malah Clara juga merasa semakin terangsang saat persetubuhannya dilihat oleh anaknya sendiri.

 

Elisa, ayo sini ke tempat om! ujar Pak Hans tersenyum sambil menggendong Elisa ke pangkuannya. Sehingga kini Clara memamerkan kewanitaan dan pantatnya dihadapan Pak Hans dan anaknya sendiri. Pak Hans lalu memegang tangan mungil Elisa dan mengeluarkan jari telunjuk dan jari tengah milik balita mungil itu.

 

Nah, ayo… om kasih tahu apa yang paling disuka mamamu!” Ujar Pak Hans sambil membimbing tangan Elisa kearah vagina Clara.

 

Ugh! Clara menjerit saat merasakan vaginanya ditusuk oleh sesuatu yang kecil. Clara akhirnya menyadari kalau jari-jari mungil Elisa sudah terbenam ke dalam vaginanya.

 

Baguus! Elisa memang pintar! Sekarang, ikutin gerakan tangan om ya! puji Pak Hans sambil memegang pergelangan tangan Elisa dan menggerakkannya maju-mundur dengan pelan sehingga jari-jari tangan Elisa menghunjam vagina ibunya berulangkali.

 

Wah! Aach! Aww! Clara mendesah-desah saat jari-jari mungil Elisa mempermainkan vaginanya. Tubuh Clara tampak terhentak pelan mengiringi hunjaman jari putrinya sendiri di vaginanya. Elisa yang polos sama sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukannya itu. Elisa malah tampak senang dan tertawa-tawa saat melihat tubuh ibunya terhentak sambil mendesah nikmat akibat permainan jarinya itu. Ia mengira perbuatannya itu semacam permainan yang menyenangkan. Pak Hans sesekali melepaskan tangan Elisa dan Elisa terus saja menggerakkan jarinya maju mundur divagina Clara.

 

Gimana rasanya, Sha? Main dengan Elisa enak kan?” ejek Pak Hans.

 

Ooh.. oh… aah… Elisaa… ahh… Elisa… enaak… terus… sayaang… Racau Clara penuh kenikmatan. Clara tidak mempedulikan ejekan Pak Hans lagi. Jari-jari mungil Elisa yang sesekali bergerak saat menghunjam vaginanya menjelajahi ruang hangat vagina Clara memberi Clara reaksi tersendiri yang luar biasa. Apalagi mengingat kalau vaginanya sedang dipermainkan anaknya sendiri, sama sekali tidak membuat Clara merasa malu, malah Clara semakin terangsang berat akibat permainan itu.

 

WAAAH… HAAH…AAKH!!!” Clara menjerit sekeras-kerasnya saat seluruh syaraf tubuhnya menegang keras. Tanpa bisa dibendung, cairan cinta Clara langsung muncrat tanpa ampun kejari-jari Elisa. Elisa terdiam sejenak karena kaget mendengar suara jeritan Clara dan semburan cairan cinta ibunya itu. Kepala Clara langsung ambruk kembali ke ranjang setelah mendapat orgasme yang luar biasa itu, namun ia masih dalam posisi menungging sehingga bagian atas tubuhnya kini tertumpu pada kedua dada indahnya itu yang kini seperti bantalan yang terjepit diantara tubuhnya dan kasur empuk itu untuk menahan tubuhnya.

 

Hehehe… lumayan deh!” Pak Hans terkekeh-kekeh puas setelah berhasil mengerjai Clara sambil mengacungkan jari-jari Elisa yang berkilat akibat cairan cinta Clara dan menjilat-jilati jari Elisa.

 

Bagus sekali, Elisa! Kamu memang pintar! kembali Pak Hans memuji Elisa sambil mengelus kepala anak yang lugu itu. Elisa hanya tertawa saat Pak Hans membelainya tanpa mengerti kalau ia baru saja diperalat untuk melakukan hal yang amat terkutuk. Elisa lalu didudukkan disebuah kursi bayi dan dipasangkan ikat pinggang supaya tidak jatuh. Setelah memastikan kalau Elisa sudah aman, Pak Hans segera kembali menghampiri Clara yang masih menungging tak berdaya diatas ranjang itu.

 

Oke, Clara! Sekarang giliran saya ya! Saya mau menagih hadiah dari kamu!” pungkas Pak Hans sambil mengangkat sedikit pinggang Clara. Kali ini diposisikannya pinggang Clara agar lubang pantat Clara berada tepat dihadapan penisnya yang mengacung tegak.

 

Tenang saja! Saya akan bersikap lebih lembut kali ini, supaya kamu tidak merasa tersiksa lagi.” Janji Pak Hans pada Clara.

 

Pak Hans kembali mencolek-colek cairan cinta di vagina Clara untuk kemudian diusapkannya di lubang pantat Clara sebagai pelumas. Setelah merasa siap, Pak Hans menguakkan kedua bongkahan pantat Clara dan menyentuhkan ujung penisnya dilubang pantat Clara. Pak Hans mulai mendorong maju pinggangnya dengan pelan.

 

Heghh… Clara merintih kecil saat merasakan lubang pantatnya terbuka sedikit untuk menerima penis Pak Hans.

 

AAAAKH!!! dengan disaksikan oleh Elisa, Clara menjerit pilu saat penis Pak Hans yang besar itu menerobos masuk lubang pantatnya hingga penis besar itu terhunjam sepenuhnya kedalam lubang pantat Clara dan lenyaplah keperawanan anal milik Clara. Air mata Clara langsung menetes akibat rasa perih yang tak terkira melanda anusnya.

 

Hoaah… Pak Hans menghentikan sejenak gerakannya untuk meringankan rasa sakit yang melanda Clara. Sekaligus merasakan sensasi hangat dan lembut didalam lubang pantat Clara. Jepitan otot pantat Clara yang begitu erat memberi rasa nikmat bagi Pak Hans, seolah bersetubuh dengan seorang perawan. Ya! Bagi Pak Hans, peribahasa tak ada rotan, akar pun jadi” amat berarti saat itu. Karena walaupun tidak bisa menikmati keperawanan vagina Clara, toh tidak ada salahnya bagi Pak Hans untuk mendapatkan keperawanan pantat Clara yang tak kalah nikmatnya.

 

Clara, kenapa? Sakit ya?” Pak Hans bertanya pada Clara dengan nada sedikit cemas.

 

I… iya… shhh… sebentar ya… jawab Clara pelan sambil menghela nafas. Clara berusaha menghirup udara sejenak dan menyesuaikan dirinya dengan posisi Pak Hans. Rasa sesak dan perih dilubang pantat Clara pelan-pelan menghilang. Tidak seperti tadi, kali ini Pak Hans berusaha untuk memberi rasa nyaman bagi Clara. Sementara itu, Elisa hanya terduduk sambil melihat adegan persetubuhan ibunya itu.

 

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Wanita cantik

Bagaimana? Sudah enak?” tanya Pak Hans.

 

Mmm… Tapi jangan keras-keras ya… jawab Clara sambil menanggukkan kepalanya.

 

Pak Hans mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan sehingga penisnya tertarik keluar hingga tersisa pangkal penisnya saja sebelum kembali menggerakkan maju penisnya dengan pelan kedalam pantat Clara. Gerakan pelan itu memang disengaja untuk memberi rasa nyaman bagi Clara. Saat penis Pak Hans sudah terbenam sebagian besar, Pak Hans segera menghentakkan pinggangnya mendadak sehingga muncul rasa perih yang tiba-tiba menyengat anus Clara.

 

Aw! jerit Clara saat pantatnya serasa tertusuk oleh jarum raksasa ketika Pak Hans menghentakkan pinggangnya, menghunjamkan seluruh penisnya kedalam anus Clara.

 

Tahan ya, Sha! Lama-lama juga enak kok! bujuk Pak Hans. Clara hanya mengangguk pelan. Pak Hans terus menggerakkan penisnya maju mundur dengan pelan sambil meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot pantat Clara.

 

Benar saja, lama kelamaan rasa sakit dan perih di pantat Clara mulai berganti dengan rasa geli sedikit perih yang nikmat. Syaraf-syaraf anus Clara mulai terbiasa dengan gerakan penis Pak Hans dan hentakan mendadak dari Pak Hans yang sekarang mengirimkan gelombang kenikmatan tiada taranya kesetiap simpul syaraf Clara. Suara rintihan Clara pelan-pelan berganti dengan suara desahan penuh kenikmatan.

 

Aagh… awwh… hhh… Clara tampak megap-megap merasakan sensasi nikmat yang melanda anusnya. Saat merasa Clara sudah terbiasa dengan gerakannya, Pak Hans langsung mempercepat gerakan pinggulnya sehingga penis Pak Hans menghunjam keras kedalam anus Clara. Suara tumbukan antara pinggang Pak Hans dan bongkahan pantat Clara menggema didalam kamar mereka.

 

Pak Hans kembali menuangkan wine ke gelasnya sendiri dan menyodorkan gelas itu ke Clara. Clara yang kehausan akibat terus menjerit-jerit sejak disetubuhi Pak Hans segera meminum wine itu. Saat melihat wine digelas itu habis, Pak Hans segera menuangkan wine itu lagi untuk diminum Clara. Clara terus direcoki dengan wine yang dicampur obat perangsang itu sehingga kini Clara semakin mabuk dan terhanyut dalam gairah seksualnya.

 

Aah… en…naak… ooh…” desah Clara.

 

Enak ya, Sha? Kamu suka?”

 

I…yaah… ookh…”

 

Clara, kamu suka yang mana? Di vagina atau pantat kamu?” tanya Pak Hans.

 




Aaahh… sama sajaa… dua-duanya enaak…” celoteh Clara.

 

Mas Antoon… Maas… suka yang manaa? Vagina… atau pantatnya Claraa?” tanya Clara manja seperti seorang pelacur.

 

Hmm… Aku sih lebih suka pantatmu, Sha. Soalnya vagina kamu sudah bekas si Aldy! Lagipula pantat kamu masih rapat seperti perawan, hehehe…” jawab Pak Hans cengengesan.

 

Kalau begituu… mulai hari ini… lubang pantatnya Clara… jadi milik Mas Hans… yaa? Terserah Mas Hans mau bagaimanaa ajaa… Pasti Clara nurut deeh…”

 

Hati Pak Hans langsung berbunga-bunga mendengar tawaran Clara bahwa mulai saat ini pantat Clara bebas untuk digunakannya sesuka hati.

 

Boleh! Boleh! Pokoknya mulai sekarang pantatmu hanya untuk aku saja! Jangan sampai disentuh si Aldy ya!” jawab Pak Hans sesegera mungkin.

 

Iyaah… hhh… Maas…” jawab Clara pelan.

 

Pak Hans dan Clara terus bersetubuh di hadapan Elisa. Elisa yang tidak mengerti dengan pemandangan dihadapannya hanya diam sambil mengisap-isap jarinya. Clara sama sekali tidak peduli dengan tatapan Elisa, mulutnya sibuk mendesah sambil meresapi rasa nikmat di anusnya. Sesekali Pak Hans memukul bongkahan pantat Clara yang langsung disambut dengan jeritan Clara dihadapan Elisa. Clara sendiri merasakan pengalaman seks yang luar biasa dengan Pak Hans. Biasanya saat bersetubuh, Aldy lebih suka gaya konvensional yang seringkali membuat Clara bosan. Lain halnya dengan Pak Hans yang selalu punya banyak cara untuk menaikkan gairah seksual Clara. Walaupun sebenarnya gairah seksual Clara juga banyak terbangkitkan oleh wine yang ia minum.

 

Aahh…Maas…” panggil Clara pelan.

 

Ya, sayang?” jawab Pak Hans

 

Sudah… mau sampai, maas… tolong… aah…” pinta Clara saat merasakan orgasmenya membayang.

 

Oke… tahan ya, sayang… Aku juga mau sampai. Erhm… ujar Pak Hans sambil menggeram sejenak. Penis Pak Hans ditarik keluar perlahan hingga tersisa ujung penisnya saja dan tiba-tiba Pak Hans merebahkan dirinya di ranjang. PLOOP! Terdengar suara pelepasan yang becek antara penis Pak Hans dan lubang pantat Clara.

 

OOH!” Clara langsung melenguh keras dan kembali roboh diatas ranjangnya.

 

Dengan sigap, Pak Hans segera bangkit dan berlutut kembali dihadapan tunggingan Clara. Penisnya sekarang dibenamkan langsung ke vagina Clara dan Pak Hans segera menggerakkan pinggang Clara maju mundur hingga penisnya terhentak-hentak dalam vagina Clara.

 

AAH! Ah! Aah!” Clara menjerit-jerit histeris karena sensasi kenikmatan gesekan penis Pak Hans di vaginanya.

 

Sha… Aku mau keluar… sebentar lagi… ujar Pak Hans terbata-bata merasakan penisnya yang siap mencapai puncak kenikmatannya sekali lagi.

 

Ooh! Yaah! Ayo Mass… keluarkan di vagina Clara lagii… supaya… Clara hamiil…” seloroh Clara yang juga terpengaruh oleh gejala orgasmenya.

 

Iyaah… Claraa…” Pak Hans yang mendengar bahwa ada kesempatan baginya untuk menghamili Clara semakin buas menghentakkan penisnya itu. Bayangan akan seorang buah hati yang akan dilahirkan oleh Clara hasil dari pernikahan dengannya, membuat Pak Hans kian bersemangat.

 

AAAH! HAAH! MAS ANTOON… Clara melolong keras saat ledakan orgasme kembali menghantam tubuhnya untuk kesekian kalinya. Tubuh Clara langsung mengejang kaku dan dinding vaginanya terasa menjepit dan meremas penis Pak Hans sekuat mungkin. Clara kembali tumbang kelelahan setelah orgasme dengan hebat dua kali berturut-turut. Tubuhnya terasa lemas tanpa tenaga sama sekali dan Clara pun segera tertidur kelelahan setelah melayani Pak Hans selama hampir 2 jam. Cairan bening ikut menetes keluar dari vagina Clara yang masih tersumbat penuh dengan penis Pak Hans, pertanda bahwa Clara baru saja mengalami orgasme.

 

HHRMH! Pak Hans yang sudah tidak tahan akibat sensasi jepitan di vagina Clara, segera menggeram dan membenamkan penisnya hingga kedasar vagina Clara.

 

Akhirnya disemprotkannya cairan spermanya kedalam rahim Clara, beberapa saat setelah Clara mengalami orgasme. Untuk beberapa saat, Pak Hans meresapi kenikmatan ejakulasinya didalam rahim Clara sebelum melepaskan penisnya dari vagina Clara dengan pelan.

 

Pak Hans meluruskan dan membalikkan tubuh Clara yang terlungkup. Sehingga Clara kini terbaring di hadapannya. Pak Hans tersenyum melihat wajah Clara yang tertidur.

 

Pak Hans lalu memberikan sebuah bantal dikepala Clara dan merapikan kembali penampilan Clara. Tidak lupa, diaturnya posisi tidur Clara senyaman mungkin agar Clara bisa beristirahat.

 

Hwaaa… Waaa!!” tiba-tiba terdengar suara tangisan Elisa.

 

Pak Hans yang masih telanjang segera tergopoh-gopoh menghampiri balita kecil itu. Sesaat Pak Hans bingung karena tangisan Elisa. Namun ia segera melepas pengaman Elisa dan digendongnya putri Clara itu keatas ranjang tempat ibunya tertidur lelap. Elisa lalu didudukkan disamping Clara. Mungkin karena merasa lebih aman didekat ibunya, Elisa pun pelan-pelan menghentikan tangisannya. Elisa lalu merangkak mendekati tubuh ibunya itu.

 

Mommy? kembali Elisa memanggil Clara sambil menepuk-nepuk tangan Clara. Pak Hans pelan-pelan menjauhkan Elisa dari ibunya untuk memberi kesempatan bagi Clara untuk tidur.

 

Elisa, jangan ganggu mamamu ya? Biarkan mamamu istirahat ya? pinta Pak Hans dengan pelan sambil menggendong Elisa kearahnya. Elisa hanya melihat wajah Pak Hans dengan raut wajah polosnya yang tersenyum. Mata Elisa sejenak mengingatkan Pak Hans dengan mata indah Clara.

 

Elisa, mau nggak punya adik? tanya Pak Hans pada Elisa. Seolah mengerti akan perkataan Pak Hans, Elisa tertawa riang sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya.

 

Yaa, Elisa memang anak yang pintar! Kalau begitu, biarkan mamamu istirahat ya? Supaya Elisa nanti bisa dapat adik bayi yang lucu! Nah, ayo main dengan om, ya!” bujuk Pak Hans.

 

Elisa hanya tertawa-tawa riang sementara Pak Hans memakai pakaiannya sebelum menggendong anak itu keluar kamar, meninggalkan ibunya yang masih tertidur. Beberapa jam kemudian, Clara terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup ia mendengar suara tawa Elisa dari arah taman. Clara segera beranjak kearah balkon dan dilihatnya Pak Hans sedang duduk di ayunan kecil di taman villanya dengan Elisa disampingnya. Clara tersenyum bahagia saat melihat Elisa tampak senang bermain-main dengan sebuah bola yang diberikan oleh Pak Hans sambil berayun-ayun di ayunan itu.

 

Nah, lihat! Siapa yang sudah bangun! ujar Pak Hans sambil mengarahkan pandangan Elisa ke balkon. “Mommy! Mommy! Elisa semakin tertawa lebar saat melihat ibunya itu. Tangannya melambai-lambai kecil seolah memanggil Clara untuk ikut bermain bersama. Clara segera turun ke taman villa itu tanpa sempat mengganti busana pengantinnya yang dikenakannya dari kemarin sore. Sesampainya di taman, Clara segera berjalan cepat menghampiri suami dan anaknya itu.

 

Akhirnya bangun juga! Elisa sudah kangen nih! ujar Pak Hans seraya menyerahkan Elisa kedalam gendongan Clara. Clara hanya tersenyum melihat keakraban Pak Hans dan putrinya itu. Pak Hans bisa melihat kalau pengaruh wine itu sudah sepenuhnya hilang dari diri Clara.

 

Ayo, duduk dong! Kan capek berdiri terus! Pak Hans menggeserkan diri dan memberi tempat duduk untuk Clara di ayunan itu.

 

Emm… jangan dulu ya, Mas?” pinta Clara sambil tersenyum manis.

 

Lho, kenapa?”

 

Masih sakit nih…” jawab Clara pelan sambil tersipu malu saat melirik kebagian belakang-bawah tubuhnya. Pak Hans tertawa kecil mendengar jawaban Clara. Wajar saja karena pantat Clara baru saja diperawani sehingga pasti terasa agak sakit kalau duduk di kursi ayunan yang terbuat dari besi.

 

Ya, sudah! Kutemani kamu dan Elisa jalan-jalan di taman saja ya? Nggak sakit kan, kalau jalan?” tanya Pak Hans. Clara menggeleng dan tersenyum sambil meraih pergelangan tangan Pak Hans.

 

Sha, kamu nggak mau ganti baju dulu nih? Kalau dilihat tetangga gimana?” tanya Pak Hans.

 

Hihi… ya sudah, nggak apa-apa kok! Kita kan pengantin baruu!” jawab Clara ceria.

 

Pak Hans tersenyum dan segera menyambut uluran tangan Clara. Mereka pun bergandengan dengan mesra sambil berjalan disepanjang di taman itu.

 

Mereka lalu tiba di paviliun tempat mereka menikah kemarin. Pak Hans lalu memeluk tubuh Clara, yang sedang menggendong Elisa, dari belakang. Clara hanya tertawa kecil dan tersenyum bahagia saat dipeluk oleh Pak Hans.

 

Sha, bagaimana kalau kamu nanti hamil? Apa kamu mau punya anak dari saya? tanya Pak Hans

 

Kok Mas Hans tanyanya begitu sih? Mas Hans kan suamiku juga. jawab Clara lembut.

 

Jawaban Clara itu langsung memberikan ketenangan yang tak terkira bagi Pak Hans. Betapa bahagianya dirinya karena akhirnya berhasil mendapatkan hati wanita dambaan hatinya itu, apalagi wanita itu sekarang mau menerima dirinya seutuhnya. Bisa dikatakan kalau benih-benih cinta yang ditaburkannya dalam hati Clara kini telah seutuhnya bersemi dan mekar didalam relung hati Clara.

 

Eh, Mas! Kalau saya hamil dan anaknya nanti perempuan, saya beri nama Anissa ya?” usul Clara tiba-tiba.

 

Lho? Kenapa Anissa? tanya Pak Hans heran.

 

Soalnya nama Elisa kan dari gabungan namaku dan Aldy! Aldy-Clara, jadinya Elisa… kalau begitu, Hans-Clara, jadinya Anissa doong! canda Clara.

 

Hahaha… Kamu bisa saja! Terserah kamu saja, sayang! Hahaha! Pak Hans tertawa sambil membelai kepala Clara. Elisa juga ikut tertawa dalam gendongan Clara saat melihat kedua orang tuanya itu tampak bahagia.

 

Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidup Pak Hans karena ia telah mendapatkan sebuah keluarga baru yaitu Clara dan putrinya, Elisa. Pak Hans tidak peduli bahwa Clara adalah istri sah Aldy ataupun ikatan mereka hanya sebatas kawin kontrak semata.

 

Demikian pula dengan Clara yang kini menyadari betapa dalamnya cinta Pak Hans pada dirinya yang jauh melebihi rasa cinta yang diberikan oleh Aldy. Bagi mereka saat ini, ikatan mereka sudah layak bagi sepasang suami-istri yang saling mencintai, dimana mereka akan terikat dan setia satu sama lain dalam pernikahan mereka selama-lamanya. 

 


Banner Iklan Onebet
Banner Iklan Onebet
Banner Iklan Onebet
Accept !
To Top