ISTRI KU SANG PEMUAS NAFSU


 Karena ini hari minggu Lalu lintas tidak macet dan diluar ruang tamu sudah nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44.


Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku

menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah

selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.


Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan

oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Bukti Transfer Poker


Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku

kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang

kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar

pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.


Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali

dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku

dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.


Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3

bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah

begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.


Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa

dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat

pekikan-pekikan kangen isteriku itu.


Cerita Sex Binalnya Istriku Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana

dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku.

Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas.


Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5

menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar

tidur kami berada.


Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin

mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah

lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.


Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa)

kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi

mengangkangi seseorang.



Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan.

Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan

mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan

tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual.


Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.


Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku

sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang

menonton film-film bokep terpanas sekalipun.


Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang

pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kont0lku mulai

mengejang.


Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya.

Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya mem3k isteriku yang dijadikan sasaran. Aku

semakin ngaceng.


“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.


Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku

mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.


“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.


Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Yoyok pembantu priaku yang

tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir

kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.


“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”


Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang

kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku

sendiri.


“Ahh…”


Cerita Sex Binalnya Istriku Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Yoyok masih meneruskan aktivitasnya.

Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah

tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan).


Dimainkan jari-jarinya di liang mem3k isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin

kencang kocokan jari Pak Yoyok pada mem3k isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha

isteriku kembali dibuat mabuk kepayang.


Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Yoyok sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede

juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana mem3k

isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.


Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.


Pelan-pelan dipompanya mem3k isteriku dengan godam si Mr. Yoyok. Mulai menggila kembali goyangan

pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.


“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”


Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu.


Tangan Mr. Yoyok tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh

gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh

isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.


Gaya ****** rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang mem3k isteriku dihunjam dari arah

belakang. Konsistensi gerakan ****** yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin

mengobarkan hasratku.


“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”


Pompaan Mr. Yoyok semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat. “Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu..

Teruss.. Paakkhh..”


Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Yoyok menyetubuhinya sambil

berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang

mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Yoyok merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan

tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.


“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”


“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”


“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”


Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan

kenikmatan luar biasa. Mr. Yoyok akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan

perlahan sekali menutup pintunya.


Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku

senewen ingin menuntaskan hasratku.


Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Yoyok sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan

bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan

hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.


“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.


“Maafkan isteriku yah”


Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini

mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.


“Ayo ke kamarmu Mbok.”


Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang

membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit

itu, kusuruh dia duduk di ranjang.


Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun

tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung.

Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.


Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia

memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak

terlalu menyengat.


Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan

kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian.


Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan

kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang

sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang.


Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh.

Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat

warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.


“Ehhmm.. Eehhf..”


Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.


“Ehh.. Ehhshs..”


Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…”

tergolek kanan kiri kepalanya.


Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan

lidahku.


“Oohh.. Paakk.. Oohh..”


Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya

pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami.

Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah mem3knya. Mengerinjal

pantatnya.


“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.



Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung

rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita

membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak

rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul Dia dan menjatuhkannya

di ranjang.


Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena

penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan mem3knya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.


“Oohh.. Paakk.. Ohh..”


Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku

tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.


“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”


Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya

kujebloskan kont0lku ke mem3knya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa.

Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam.


Cerita Sex Binalnya Istriku Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Yoyok ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang

ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.


“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”


Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami mem3knya dari belakang. Kami

bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia

telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal.


Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya mem3knya yang

rimbun itu.


“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.


Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di

dalam mem3knya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar mem3knya, punyaku juga demikian

saking tidak tertampungya semprotan maniku.


Kubiarkan kont0lku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya

sampai kont0lku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang

masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang

sudah agak kusam itu.


Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Yoyok terlebih dahulu untuk

bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke mem3knya yang mudah basah itu.

Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.


Suatu kali Mr. Yoyok memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi

dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk

melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau

rame-rame begitu.


Banner Iklan Onebet
Banner Iklan Onebet
Banner Iklan Onebet
Accept !
To Top